Generasi Muda Berdakwah

Bismillahirrahmanirrahiim 

Yasfa N/ September,2021.

DAKWAH

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ 

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S.Ali-Imran:104) 

Dakwah ialah mengajak, merubah, menyeru. Dakwah itu merubah struktur masyarakat dari bodoh menjadi cerdas, miskin menjadi makmur, dan dari keterbelakangan menjadi kemajuan. Dakwah itu mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar senantiasa tetap beriman kepada Allah dan menjalankan semua syariat-Nya yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW. Islam hadir dan berjaya lewat dakwah, supaya dinamika gerakan dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW tidak terhenti, maka gerakan dakwah oleh Rasulullah SAW diestafetkan kepada umatnya. Oleh karenanya, merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim terkhusus umat Rasulullah SAW untuk mengabdikan dirinya dalam jalan dakwah. Generasi muda/ juru dakwah harus mengetahui jalan atau cara dakwah yang benar, kemudian memikul tugas dan amanah ini agar para pendukung dakwah berhimpun menjadi satu, bergandeng tangan serta berjalan bersama ke arah satu tujuan. Segala kekuatan dan usaha harus disesuaikan dan diatur rapi, sehingga pertolongan Allah menjelma dan bendera Al-Quran terus menerus berkibar di angkasa di jagat raya ini. 

Segolongan masyarakat masih menganggap bahwasanya dakwah itu sebatas kegiatan ceramah atau pidato yang dilakukan oleh ustadz di masjid-masjid/ surau-surau. Perlu diketahui bahwa esensi dakwah itu luas tidak terbatas pada ceramah, dan dilakukan oleh para ustadz saja. Dakwah bisa dilakukan oleh siapapun, dimanapun, dan dalam bentuk apapun. Terkhusus untuk para generasi muda, dakwah harus terus dipegang teguh dan dijalankan dengan sungguh-sungguh. 

Sedikitnya menurut Imam Syahid Hasan Al Banna ada 3 tahapan (marhalah) dalam berdakwah, yaitu; 

1. Tahapan Penerangan (Ta'rif) atau tahap propaganda, memperkenalkan, menggambarkan ide (fikrah) dan menyampaikannya kepada khalayak ramai dan setiap lapis masyarakat.

2. Tahap Pembinaan dan Pembentukan (Takwin), yaitu tahap pembentukan, memilih pendukung, menyiapkan pasukan, mujahid, dan mujahid dakwah serta mendidiknya.

3. Tahap Pelaksanaan (Tanfidz), yaitu tahap beramal, berusaha dan bergerak mencapai tujuan. 

Dalam berdakwah membaca kondisi lingkungan dan masyarakat tentunya hal penting yang harus dilakukan. Karena objek dakwah ialah masyarakat yang dalam karakter nya saling berbeda dan konsep dakwah yang diterapkan belum tentu cocok, maka peka dan paham akan keadaan yang terjadi di masyarakat sendiri merupakan hal yang diperlukan dalam berdakwah. Bagaimana kita akan berdakwah sedangkan kita tidak mengetahui bagaimana kondisi umat hari ini, jangan sampai dakwah kita itu salah teori sehingga menyebabkan definisi dakwah makin dipersempit Setelah mengetahui kondisi dan situasi barulah lancarkan aksi untuk mengenalkan, mengajak, mengingatkan, dan merubah kondisi masyarakat yang awalnya buruk menjadi baik, kurang baik menjadi lebih baik, miskin menjadi kaya, sengsara menjadi sejahtera. 

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S.An-Nahl:125)

Menurut Tafsir Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), bahwa dalam Q.S. An-Nahl ayat 125 ialah bahwa Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengajak manusia kepada Islam dengan cara yang sesuai dengan keadaan objek dakwah, pemahaman, melalui nasihat yang mengandung motivasi dan peringatan. Debatlah kaum kafir dengan cara yang lebih baik mulai dari sisi perkataan, pemikiran dan pengkondisian. Kita tidak bertugas memberi manusia hidayah, akan tetapi tugas kita hanya menyampaikan kepada mereka. Sesungguhnya Allah SWT lebih mengetahui siapa yang tersesat dari agama Islam dan lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk, karena itu jangan sia-siakan dirimu dengan kesedihan mendalam atas mereka. 

Maka dengan dalil diatas, pada kata “Dengan hikmah” maksudnya, setiap orang sesuai dengan keadaan dan pemahaman serta sambutan dan ketaatannya. Termasuk hikmah dalam berdakwah adalah berdakwah dengan dasar ilmu, bukan kebodohan, memulai dengan perkara yang paling penting (sesuai dengan skala prioritas), lalu yang lebih penting daripada (yang sesudahnya) dan yang lebih dekat dengan alam pikiran mereka dan mudah dipahami, dengan cara (simpatik) yang lebih mendatangkan sambutan lebih baik, dengan penuh kelembutan dan persuasive. Bila sudah tunduk dengan cara hikmah, (maka itu sangat bagus). Jika tidak mempan, maka beralih kepada metode dakwah dengan pelajaran yang baik. Yaitu dengan perintah dan larangan, yang diiringi dengan targhib (anjuran keutamaan) dan tarhib (ancaman). Baik dengan (menyampaikan) kemaslahatan yang terkandung oleh perintah-petintah dan menghitung-hitungnya dan bahaya yang terkandung dalam larangan-larangan dan menginventariskannya, atau dengan menyebutkan kemuliaan yang diraih oleh orang-orang yang menegakkan agama Allah SWT dan penghinaan dan diterima orang yang tidak menjalankannya. Maupun dengan menyebutkan sesuatu yang telah Allah SWT sediakan bagi orang-orang yang taat berupa balasan baik di dunia dan akhirat, dan sesuatu yang dipersiapkan oleh Allah SWT bagi para pelaku maksiat, berupa hukuman dunia dan akhirat. Bila kita mendapat bantahan dari objek dakwah (yang sudah jelas ia bathil), maka bantahlah balik dengan cara yang lebih baik. Yaitu cara-cara yang bisa lebih efektif agar dia menyambut dakwah secara nalar maupun lewat dalil naqli. Termasuk, mengemukakan argumentasi untuk menyerangnya dengan membawakan dalil-dalil yang dia yakini (selanjutnya dibantah satu persatu). 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan tingkatan (dalam) berdakwah sesuai tingkatan manusia; bagi orang yang menyambut, menerima dan cerdas, di mana dia tidak melawan yang hak (benar) dan menolaknya, maka didakwahi dengan cara hikmah. Bagi orang yang menerima namun ada sisi lalai dan suka menunda, maka didakwahi dengan nasehat yang baik, yaitu dengan diperintahkan dan dilarang disertai targhib (dorongan) dan tarhib (membuat takut), sedangkan bagi orang yang menolak dan mengingkari didebat dengan cara yang baik.” 

Ayat ini memberi tuntunan kepada Nabi Muhammad SAW tentang tata cara berdakwah dan membalas perbuatan orang yang menyakitinya, dan jika kita membalas terhadap siapa pun yang telah menyakiti atau menyiksa kita dalam berdakwah, maka balas dan hukumlah mereka dengan balasan yang sama, yakni setimpal, dengan siksaan atau kesalahan yang ditimpakan kepada kita. Jangan balas mereka lebih dari itu. Tetapi jika kita bersabar dan tidak membalas apa yang mereka lakukan kepada kita, sesungguhnya itulah yang lebih baik. 

Pada tahap pengenalan dalam berdakwah, bahwa kemurnian dakwah sangat penting dalam menyampaikannya kepada manusia. Oleh karena itu, untuk memahami Islam dengan pemahaman yang murni dan benar, umat Islam harus kembali pada Al-Quran yang senantiasa dipelihara Allah SWT, kembali kepada Sunnah Rasulullah SAW yang telah dikumpulkan dan disaring oleh imam-imam yang mulia.


INDONESIA – ISLAM

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk umat muslim terbanyak di dunia. Ini menjadi sebuah peluang dan tantangan bagi umat Islam dalam mencetak kader-kader dakwah Islam di Indonesia. Peluangnya adalah karena negara Indonesia merupakan sebuah negara yang besar, maka Indonesia bisa mencetak kader dakwah Islam yang lebih banyak bahkan bisa menyebarkan Islam secara luas ke penjuru dunia. Dan tantangannya ialah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis letaknya terpisah-pisah, karena hal itu masyarakat Indonesia memiliki adat istiadat, budaya, karakter yang berbeda-beda. Maka hal ini dapat memicu pantangan dalam dakwah,yang mana dapat dengan mudahnya berbenturan satu sama lain serta tidak mudahnya berdakwah dengan kondisi karakter masyarakatnya yang berbeda. Apalagi muslim Indonesia hari ini masih melestarikan ibadah syariat yang bercampur dengan budaya. Muslim Indonesia masih belum bisa membedakan mana syariat Islam murni dan mana budaya. Ketaqlidan di kalangan umat masih membabi buta, ini merupakan sebuah tantangan bagi para juru dakwah, apalagi kaum muda yang mengemban amanah sebagai penerus dan pelanjut agama dan bangsa. Strategi dakwah mana yang akan ditempuh oleh para da'i Indonesia dalam menghadapi problematika umat Islam hari ini. 

Generasi muda memiliki peran besar dalam mengurus dan menjaga agama juga bangsa. Bung Karno pernah berkata :”Beri aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, dan beri aku 10 orang pemuda yang membara cintanya akan tanah air niscaya akan kuguncangkan dunia”, Seribu orang tua mampu bermimpi dan sepuluh orang muda mampu mengubah dunia. Maka generasi muda harusnya memiliki semangat dan tekad yang sungguh untuk merubah kondisi masyarakat, terkhusus para generasi muda Islam di Indonesia. Tak hanya berdakwah mengenai syariat Islam saja, namun generasi muda Islam Indonesia harus ikut berkontribusi mengenai ketatanegaraan Indonesia. Di masa kini, Indonesia sedang mengalami krisis yang sangat luar biasa. Baik krisis ekonomi, moral, politik, pendidikan, juga hukum. Apalagi di masa wabah Covid-19 ini dimana banyak aktivitas normal terhambat dan faktanya menyebabkan kemerosotan di berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Seharusnya para generasi muda mampu untuk membaca situasi serta bergerak menuju perubahan, menopang kuat negara dan agamanya. 

Di masa pandemi ini, terlihat para anak bangsa sudah mulai mengalami degradasi moral yang cukup meningkat di samping beberapa anak muda Indonesia yang berlelah-lelah meraih prestasi serta membuat pergerakan yang nyata demi terwujudnya negara yang maju dan makmur. Anak bangsa sudah mulai melupakan pendidikan apalagi para kaum muda muslim yang memang sudah benar-benar lupa akan kodrati kewajibannya menjadi juru dakwah penerus risalah Rasulullah SAW. Bagaimana negara dan agama mau maju, jika umat nya masih belum ada rasa cinta serta peduli terhadapnya. Ini merupakan sebuah problematika di kalangan kita, jangan sampai anak muda Indonesia hancur dan tenggelam terbawa arus. 

Kita sebagai anak bangsa haruslah memikirkan masa depan bangsa dan agama kita. Tak patut jikalau generasi muda berlemah-lemah terbawa arus zaman negatif, yang seharusnya kitalah yang membawa arus perubahan zaman


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup Adalah Perjalanan

Dakwah Manusia Jilbab

Untukmu Yang Rindu